Minggu, 12 Maret 2017

,

Segel Hegel : Chapter 5





Makin hari aku semakin terbiasa dengan situasi ini. yang sebelumnya merasa dunia  telah berubah sekarang aku mulai memahami apa yang sebenarnya terjadi. sepertinya ini adalah hadiah yang aku terima setelah aku menyelamatkan kedua gadis itu. gadis yang berada dalam lingkaran, Mereka mengatakan bahwa setelah aku menyelamatkan mereka aku akan mendapatkan kebahagiaan. mungkin ini adalah yang mereka maksud dengan kebahagiaan. bagaimana tidak bahagia, aku dapat mengulang hidupku 20 tahun lebih muda, hidupku jauh lebih damai dari dulu, dan sekarang keluargaku tidak semiskin dulu. Karena itu, aku menyebut dunia ini dengan dunia hadiah, dimana aku bisa merubah takdir.


                Kehidupan memang berjalan dengan lancar didunia ini, aku bisa menjadi orang yang lebih baik.dengan mentalku yang berada pada 20 tahun kedepan, dimana aku sudah menghadapi terlalu banyak pengalaman pahit, sehingga hidup didunia ini serasa begitu mudah. Namun sayang, karena aku kembali ke masa dimana aku 20 tahun lebih muda maka aku harus kembali bersekolah di sebuah sekolah menengah atas, tahun pertama tepatnya. Karena berada dimasa 20 tahun lebih tua secara mental dibanding anak-anak seumuranku kini di sekolah menengah, aku tidak dapat bersaing dengan mereka didalam bidang akademik. nilaiku yang 20 tahun lalu saja tidak lebih dari 7 atau hanya pas rata-rata, apalagi sekarang setelah tidak belajar beberapa tahun, apa yang terjadi, tidak lain adalah semua nilai ulanganku yang jauh dibawah rata-rata. Itu adalah bencana bagiku, dimana setelah bersekolah selama 8 jam selama seminggu, aku harus menambah jam belajar dengan mengikuti kelas ekstra yang didatangkan langsung ke rumahku, atau mereka menyebutnya les privat. memang kehidupanku yang baru juga mengubah pola pikir orang tuaku yang baru, jika di dunia yang lalu mereka pasti akan membiarkan nilaiku yang jelek, tapi kini tentu berbeda. 


Kehidupanku terus berjalan dengan statis selama beberapa bulan, belajar dan terus belajar. aku merasa tidak ada gunanya jika aku dapat mengulang 20 tahunku tetapi aku sama sekali tidak melakukan hal yang lebih bermanfaat dari belajar di sekolah. Menurutku, terlalu menggeluti bidang akademik hanya akan membuat diriku terbawa oleh pola pikir mereka yang atas, orang yang mengatur bagaimana pendidikan berjalan. tapi mereka membatasi pendidikan di sekolah sehingga kami hanya akan belajar teori itu-itu saja sampai lulus, atau dalam pepatah yang aku pelajari
“give a man a fish and you feed him for a day, teach a man to fish and you feed him for a lifetime”

 dalam kehidupanku ini berarti bahwa jika aku hanya mendapatkan suapan dari pelajaran yang mereka berikan aku hanya akan menggunakannya di waktu itu saja, tetapi bila aku mendapatkan pengalaman dari hidup itu akan berbeda lagi, aku akan bisa meggunakannya selama aku hidup. Jadi aku pada dasarnya lebih cocok belajar di kehidupan nyata secara langsung, atau pelajaran yang dapat menggali pelajaran lain. Apa itu pelajaran yang dapat menggali pelajaran lain? Itu adalah cara berfikir secara mandiri untuk mendalami bagaimana sesuatu bisa terjadi, itu adalah ilmu yang paling aku sukai.


                Rasa kebosananku akhirnya memuncak, aku sudah tidak dapat menahannya lagi, kuputuskan untuk membolos sekolah serta les sepulang sekolah. untuk itu aku pergi ke tempat dimana dapat berfikir secara bebas mencerna apa yang terjadi dalam hidup ini tanpa ditemani siapapun. Untuk itulah saat tepat di depan rumah sebelum aku dan Axio berangkat sekolah aku mencari alasan,


                “Axe, kurasa sebaiknya kau berangkat lebih dulu, aku ada janji dengan Sam untuk berangkat bersama, jadi aku akan menghampirinya dulu”


Aku mencoba membuat alasan terhadap Axio. karena dia berada dalam satu sekolah tapi berbeda kelas, aku tahu bila dia tidak akan mengijinkanku untuk membolos sekolah. walaupun akhirnya dia akan tahu kalau aku tidak berangkat, tapi setidaknya aku tidak perlu diseret sampai mau datang ke sekolah, untuk masalah pulang bisa kupikirkan nanti,


                “begitukah? Kalau begitu aku ikut Ace, semakin ramai semakin asik bukan?”
tidak mudah menipunya untuk acara bolos sekolah, mengapa juga dia malah malah mau ikut, aku memikirkan cara lain, agar tidak curiga aku menerima tawarannya untuk ikut ke rumah Sam, bila tidak pasti dia akan mengorek informasi lebih dariku.


                “Tentu saja, aku setuju denganmu, tapi kau tahu apa yang lebih asik Axe?”

Dia tampak mencoba membaca pikiranku, wajahnya tampak mengerut selama beberapa detik kemudian dia mulai mengubahnya menjadi senyuman,

                 “Aku tahu Ace, lomba lari bukan?”

Aku tahu dia akan mengatakan itu. dan pasti aku selalu kalah darinya. karena itu adalah hal favoritnya, jadi akan aku gunakan sebagai cara agar aku bisa lepas darinya,

Yep, tepat sekali, kita akan berlomba dari depan rumah sampai ke rumah Sam, bagaimana kalau kita mengambil jalan yang lebih jauh? Jarak rumah Sam hanya 300 meter dari sini, itu akan terlalu singkat untuk beradu lari denganmu.”

Tanpa banyak pikir Axio segera menjawabnya,

“baiklah, kita lewat taman kalau begitu, jadi jaraknya akan menjadi 500 meter, bagaimana?”


“oke” kataku


“baiklah, ayo, jika kau curang ak…”


Sebelum Axio menyelesaikan kalimatnya aku sudah berlari lebih dulu dengan sekuat tenaga, Axio yang merasa aku curang dan tidak mau kalah dalam lomba favoritnya ini langsung maju dengan kecepatan penuh, begitu cepatnya hingga hanya dalam beberapa detik dia berhasil menyusulku, sambil berlari dia sempat ngomong

“sudah kubilang jangan curang kan, kau harus membayar makan siangku hari ini”


Tanpa melihatnya dan tetap lari dengan kecepatan penuh aku membalasnya


“itu hanya akan terjadi jika kau dapat mengalahkanku!”


“baiklah”  seraya menyeringai

dia semakin merasa tertantang dan lebih mempercepat larinya, kurasa kecepatan penuhku hanyalah seperempat tenaga baginya. dengan mudahnya bagaikan mesin bertenaga kuda, Axio melaju meninggalkanku tanpa jejak. Aku tahu dia sangat bersemagat hingga akhirnya rencanaku berhasil. aku hanya perlu mencari jalan lain agar aku tidak bertemu dengannya, aku merubah lariku menjadi jalan cepat lalu perlahan berhenti.

“biarlah nanti dia menungguku, kalau sudah waktunya masuk paling dia akan berangkat, apalagi dia anak yang sangat disiplin”

                Setelah tugas mengalihkan perhatian Axio beres, Aku mengubah arahku ke hutan yang jaraknya hampir 10 km dari rumahku. agar lebih cepat aku perlu naik bus sampai desa terdekat, lalu aku akan jalan sekitar 30 menit. Agar bebas dari hal yang tidak diinginkan aku telah mempersiapkan baju ganti di tasku, kaos oblong dan celana training. kostum yang sangat nyaman untuk membebaskan diriku dari kegiatan sekolah. Halte bus terdekat tidak jauh dari tempat aku berdiri tadi, tidak lama aku sudah sampai. Menunggu bus kearah yang ingin aku tuju lebih lama dari yang kukira. bus ke arah desa memang jumlah yang tersedia lebih sedikit, mengikuti penumpang yang biasa menggunakannya. 

                Sambil menunggu bus yang belum datang, aku mencoba mencari informasi tentang tempat yang pas untuk menyendiri lewat internet smartphoneku. Sungguh sia-sia aku melakukan ini setelah aku memutuskan untuk pergi ke hutan. Seharusnya aku melakukannya sebelumnya. Tapi itu tetap kulanjutkan dan sesekali aku menemukan tempat yang pas, tapi itu berada diluar jangkauanku. akhirnya aku mempersempit area pencarianku dan menemukan tempat yang pas, dan betapa beruntungnya, tempat itu persis dimana tujuanku berada. Akan memakan waktu lebih untuk berjalan sampai ke lokasi yang tertera di sebuah sumber tidak jelas itu. disana dibilang bahwa aku harus berjalan sekitar 2 km untuk mencapai lokasi tersebut dari pintu masuk hutan sebelah barat, yaitu arah dari mana aku datang. Katanya walaupun jaraknya lumayan jauh, Akses jalan kesana sangatlah mudah, karena ada jalan setapak yang sudah diberi tanda-tanda sebagai penunjuk jalan. Kuputuskan untuk pergi ke tempat yang tertera di sumber tidak jelas yang kutemukan. Hutan terdekat di kotaku yaitu hutan Aspen adalah tempat yang biasa digunakan untuk berwisata, sebab pemandangannya yang indah dan udaranya yang begitu sejuk, suasananya juga begitu damai, dan tempat yang paling indah tetapi jarang dikunjungi adalah bagian yang ditulis sumber tadi.

                20 menit berlalu akhirnya bus yang kutunggu datang. aku segera masuk kedalam bus dan mencari kursi yang masih kosong. tidak perlu waktu lama aku menemukan kursi yang masih kosong, hanya ada  3 penumpang di dalam bus yang membuat aku bebas memilih tempat ternyaman. Aku memilih duduk dibelakang sopir agar aku dapat memantau tujuanku. 40 menit kemudian sampai aku tiba di desa Pen yaitu desa terdekat ke hutan Aspen dari arah barat hanya ada 1 penumpang yang naik. Kata sopir bus selama di perjalanan, memang pada hari kerja bus ke jurusan ini selalu sepi di pagi hari, tapi akan ramai di sore hari. Aku turun dari bus dan segera menuju ke hutan, kupercepat langkahku aku dapat sampai kesana sebelum matahari terlalu tinggi. 

                Saat masuk kedalam hutan suasana begitu berbeda. begitu sunyi dan segar, pepohonan menjulang tinggi bagai gedung pencakar langit, batangnya juga sangat besar-besar, hampir matahari tidak terlihat jika pohonnya lebih rapat dari ini. Hal yang sangat aku harapkan. Aku sempat mengurungkan niat untuk pergi ke tempat yang dikatakan sumber tadi karena suasana ini, tapi aku kembali yakin karena semakin aku berjalan ke dalam hutan, semakin ramai pula orang yang mencari kayu bakar dan rempah-rempah di hutan. penduduk desa ini memang lebih memilih mencari di hutan daripada bercocok tanam dan mengembangkannya sendiri. Ini membuat hutan menjadi ladang alami bagi mereka. Walaupun mereka membuat hutan sebagai ladang mereka, tetapi semua masih tetap begitu alami. Mereka malahan membersihkan kayu-kayu kecil yang berserakan  dengan membawanya pulang. Entah bagaimana cara mereka membagi panenan mereka di hutan ini. 

            Aku tetap menjaga langkahku agar tetap stabil, mengikuti petunjuk arah yang telah disediakan. sungguh beruntung aku sama sekali tidak merasakan lelah. Aku berfikir bahwa tidak ada yang lebih melelahkan daripada mengikuti kegiatan rutinku berbulan-bulan lalu. perjalanan ini jadi mengingatkanku akan duniaku dulu, dimana aku selalu berjalan dan terus berjalan. hal yang membuatku terbiasa, tapi di perjalananku dulu tidak ada yang seperti ini. Pohon menjadi hal yang menakjubkan, aku terus mengingat sedikit demi sedikit tentang kehidupan masa laluku, kurasa ini memang tempat yang tepat untuk merenungkan apa yang telah aku jalani.

                Tidak lama kemudian aku mulai mendengar suara gemericik air, begitu menenangkan, lalu dilanjutkan dengan nyanyian burung yang begitu merdu. aku begitu gembira sehingga membuatku berlari mengejar apa yang sama sekali belum pasti. kegembiraan yang belum pernah kurasakan, aku merasa benar-benar hidup bila berada di alam seperti ini. aku berlari menerobos hutan seperti sedang melakukan halang rintang. dengan cekatan aku menghindari setiap akar pohon yang menonjol ke atas tanah. setelah melewati jembatan yang melalui sungai yang begitu lebar. akhirnya apa yang ku kejar mulai tampak. gemericik air memang memang tanda yang paling pas.  aku melihat sungai yang berasal ke sebuah danau yang begitu luas. aku berhenti sejenak saking kagumnya dengan pemandangan ini, di kanan dan kiriku terdapat sungai kecil yang begitu banyak berbentuk undak-undakan seperti anak tangga, kemudian terhubung menjadi satu jauh dibelakangku tadi. jauh di seberang danau terlihat sebuah …. 
  

Bersambung ke Chapter 6



0 comments: